Pandangan Tentang Nyanyian Jemaat


Nyanyian Jemaat

Pengertian
Nyanyian jemaat merupakan suatu jenis ragam musik khas yang unik yang bisa dipersandingkan dan diperbandingkan dengan bentuk musik lainnya. Bentuk Nyanyian jemaat dapat digolongkan kedalam “community-singing”, nyanyian dalam sebuah komunitas atau bernyanyi bersama. Ciri dari bentuk nyanyian ini berbeda bentuk dari nyanyian solo bahkan nyanyian paduan suara. Nyanyian jemaat bisa dikategorikan kedalam bentuk nyanyian masa yang bisa kita lihat pada bentuk lagu-lagu nasional, lagu pantun dari kebudayaan regional bahkan lagu dari superter bola distadiun memiliki ciri-ciri dan syarat yang sama dengan nyanyian jemaat.
Sebuah nyanyian jemaat sudah sepatutnya dapat dinyanyikan secara bersama-sama, sebuah nyanyian yang mempersatukan bukan mempersulit umat. Sebuah nyanyian yang menyatukan memiliki ciri bahasa dan musik yang mudah dicerna oleh umat, namun memiliki makna yang mendalam tentang umat dan Tuhannya.

Suasana Ibadah
Kajian musikologi dan antropologi dapat membuat kita mengerti akan manusia dan musiknya. Kajian musik setempat berperan penting untuk membangun umat. Musisi gereja tidak cuma harus bisa bermusik namun juga mengerti tentang etnomusikologi. Dimana ada manusia disitu ada musik yang khas yang tumbuh, disini bukan untuk memperbandingkan mana lebih baik namun membangun musik dan nyanyian dari dalam umat itu sendiri. Pengertian akan budaya musik akan membuat seorang seniman musik menjadi lebih bijaksana dalam membangun nyanyian jemaat.
Karakter musik gereja berbeda dengan klab malam atau konser hall, musik gereja dan nyanyian umat tidak sama dengan musik hiburan ringan yang merayu. Musik dan nyanyian umat mempunyai tanggungjawab didalam membina umat percaya. Umat percaya diajar bukan cuma dari kotbah-kotbah namun bisa dari nyanyian umat yang mengandung makna teologis dalam setiap lirik lagu.   Suasana ibadah selayaknya penuh dengan kemurnian, kesucian, ketertiban dan keteraturan. Dalam hal ini musik memiliki peranan dalam membangun suasana ibadah, dan nyanyian tetap berada pada sentral ibadah bukan semata-mata musik dan sound yang di mainkan.

Persekutuan umat
Nyanyian umat mempersatukan semua anggota gereja, baik itu besar-kecil, tua-muda, pria wanita kedalam persekutuan Tubuh Kristus. Umat melebur dalam indahnya persekutuan didalam puji-pujian. Pujian yang dinyanyian jemaat adalah sentral dari musik gereja, oleh karena itu keutamaan nyanyian umat diatas dari segala jenis musik gereja lainnya. Paduan suara, vokal grup, soloist atau musik instrumental tidaklah lebih tinggi dari nyanyian jemaat. Dilihat dari fungsinya nyanyian jemaat perlu mendapat perhatian lebih sebagai unsur musik yang utama yang perlu dibina dan dipelihara sebaik-baiknya.
Ibadah Kristen bukanlah sebuah tontonan belaka, ibadah Kristen harus  mempersatukan dan memperjumpakan umat dengan Allah. Sebab dengan demikianlah musik gereja tidak menyimpang dari tujuannya, yakni mengekspresikan persekutuan umat percaya dihadapan Allah. Penyimpangan terjadi jika umat tidak lagi bernyanyi dan hanya menjadi penonton konser musik di gereja dengan biaya seiklasnya.

Musisi Gerejawi
Raja Daud memperkenalkan tradisi berharga dengan menunjuk pemimpin musik dalam ibadah umat, yakni Asaf, Heman dan Yedutun. Sejak jaman dahulu fungsi Prokantor banyak di pergunakan dalam ibadah umat. Seorang pemimpin musik ditempatkan untuk membangun nyanyian jemaat dan musik, bukan cuma untuk melanjutkan sebuah tradisi namun mengembangkan bentuk-bentuk musik dalam ibadah sehingga diharapkan persekutuan yang indah dapat dibangun didalamnya.
John Calvin tokoh gereja juga memprakarsai pengangkatan 15 ahli musik disaat melayani jemaat di Jenewa. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatakannya bahwa dalam ibadah umat bernyanyi dihadapan Allah bersama-sama dengan malaikatnya. Umat diajak untuk belajar dan berlatih bernyanyi bersama dengan barisan para malaikat dan penyanyi sorgawi yang mengelilingi Tahta Allah. Sebuah pandangan yang terinspirasi dari nats kitab Wahyu tentang gambaran sorga.

Perkembangan Nyanyian
Setiap masa terdapat banyak perkembangan musik dan nyanyian jemaat baik itu di alkitab ataupun masa gereja. Selain Mazmur kita mengenal Nyanyian Nuh, Kejadian 9:25-27; Nyanyian Musa dan Miryam, Keluaran 15:1-19, 21; Nyanyian Peperangan, dan lain sebagainya, Bilangan 21:14, 15, 17, 18, 27-30; Nyanyian Kenabian Musa, Ulangan 32:1-43; Nyanyian Debora dan Barak, Hakim-hakim 15:16; Permohonan Hana, I Samuel 2:1-10; Nyanyian Busur Daud, II Samuel 1:1927; Nyanyian Ratapan Daud atas Abner, II Samuel 3:33, 34; Ucapan Syukur Daud, I Tawarikh 16:8-36; Nyanyian Hizkia, Yesaya 38:10-20; Nyanyian Doa Yunus, Yunus 2:2-9; Nyanyian Doa Habakuk, Habakuk 3:2-19; dan empat nyanyian asli dalam Perjanjian Baru: Lukas 1:46-55Lukas 1:68-80Lukas 2:14Lukas 2:20-33. Bentuk bentuk nyanyian di Perjanjian Lama tersebut kemudian diadopsi menjadi bentuk nyanyian umat yang di lantunkan oleh umat israel.
Pada masa gereja kita mengenal Uskup Ambrosius dengan karya musiknya di abad ke IV, begitu juga Luther dan Calvin di abad 16, Wesley di abad 18 bahkan Konsili Vatikan II banyak memberikan pandangan dan kontribusi dalam nyanyian jemaat. Banyak gubahan nyanyian Mazmur dan lagu-lagu Hymn tercipta di masa ini, bahkan karya-karya abadi mereka tak lekang oleh zaman. Karya-karya mereka sungguh telah menyatukan jemaat dalam pujian dan penyembahan serta pendidikan ajaran iman kristen. 

Tanggungjawab Musisi Gerejawi
Kewajiban musisi gereja saat ini adalah mengembangkan musik yang Alkitabiah dan kontekstual dengan budaya gereja setempat. Filipi 2:10-11, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut  segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan,  " bagi kemuliaan Allah, Bapa!. Ayat tersebut secara jelas berbicara universalitas. Setiap makluk kapanpun dan dimanapun selayaknya memberikan kemuliaan bagi Allah.
Secara umum setiap manusia selayaknya menyembah Tuhan dan tak tersekati rasa paling benar dan paling unggul berbudaya. Bentuk Nyanyian Jemaat dengan mempertimbangkan aspek budaya setempat relevan dan tidak menyimpang dari ajaran Alkitab. Malahan Nyanyian Jemaat semakin menjadi bagian milik umat jika dibangun dengan aspek kebudayaan setempat. Berkaryalah sesuai konteks budaya dan ajaran gereja maka Nyanyian Jemaat akan tetap berada pada jalurnya.

Bandung, 30 Maret 2019
ydhartanto


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik, Chord, Notasi Angka Lagu Sekolah Minggu Bapa Abraham