Musik dan Theologi St. Agustinus
Pandangan Musik Menurut St. Agustinus (354-430)St. Agustinus atau Santo Agustinus dari Hippo adalah seorang filsuf, guru besar retorika, dan teolog Kristen awal yang tulisannya mempengaruhi perkembangan Kekristenan Barat dan filsafat Barat. Ia dipandang sebagai salah seorang Bapa Gereja terpenting dalam Kekristenan Barat di zaman Patristik (zaman setelah Perjanjian Baru ke Abad ke-VIII). Keimanan dan pandangan hidupnya sangat dipengaruhi oleh rohaniawan senior milan uskup Ambrosius (seorang teolog, ahli retorika dan ahli himne). Setelah dibaptis dan memeluk Kekristenan pada tahun 386, Agustinus mengembangkan pendekatannya sendiri dalam filsafat dan teologi dengan mengakomodir berbagai metode dan sudut pandang.
Bidang MusikSt. Agustinus memberikan gambaran tentang ritme musik tetap dan ritme musik berubah. Ritme musik tetap tedapat bagian musik yang pasif dan ritme musik yang aktif. Pasifnya sebuah ritmr/irama bisa kita lihat pada sukat/birama/metrum. Musik tetap pasif terlihat pada pola ¾, 4/4, 2/4, 6/8, 9/8, 12/8 dan seterusnya. Unsur ritme musik tetap aktif bisa bisa kita lihat pada pola ritmis atau atau format motif musik. format motif-ritmis atau pola-ritme yang ditampilkan secara repetitif dan mengalami penambahan dengan awalan, sisipan, akhiran, motif2 dan pola-ritme dengan awalan-sisipan-akhiran sekaligus. Dengan kata lain motif-motif dan pola-ritme turunannya yang variatif dan yang diwujudkan dalam rupa-rupa musik. Para musisi pop dan jazz banyak mengeksplorasi pemakaian irama musik berubah. Eksplorasi besar-besaran dilakukan untuk sebuah kenikmatan musik yang bisa mempengaruhi banyak orang. Irama musik berubah ini banyak ditampilkan dalam ballroom, tarian dan dalam konser musik yang meraih emosional. Ragam ritme ini biasa berada sebagai Latar Belakang(iringan) musik dan lebih dikenal dengan istilah Rythm Section. Hal ini didapat dari permainan setdrum, permainan Bass serta iringan-iringan golongan brass atau string yang bermain dalam pola-ritme repetitif; piano, gitar yang memainkan irama tertentu.Tidak ada yang lebih indah daripada irama-irama yang di satu pihak berubah terus-menerus, dan di pihak lain tetap sama, terdapat permainan repetitif dan variatif dipandang sebagai sebuah “kenikmatan” didalam psikologi seseorang dan dipandang sebagai unsur “kedagingan” dalam teologi kristen. Didalam musik populer dan jazz emosional manusia sedemikian dipermainkan dengan banyak sekali repetitif pendek yang terus menerus diulang yang menjadikannya candu bagi penikmatnya. Musik Populer dan Jazz memikat hati manusia untuk diarahkan kesebuah tujuan sampai nantinya.Pandangan TeologisSepenggal pandangan teologis St. Agustinus terdapat pada doa pencerahan hidup yang bejudul
“TERLAMBAT AKU MENCINTAIMU, TUHAN”Betapa lambat aku akhirnya mencintai-Mu, Oh Keindahan lama yang selalu baru, betapa lambat Kau kucintai! Ketika Engkau berada di dalam diriku, aku malah berada di luar, dan di luar sanalah Kau kucari. Aku, yang tidak layak dicintai ini, melemparkan diri ke antara hal-hal indah yang Kau ciptakan. Dahulu Engkau bersamaku, namun aku sendiri malah tidak bersama-Mu. Segala hal itu membuatku terpisah dari pada-Mu; yang jikalau tidak ada dalam diri-Mu, sesungguhnya mereka bukanlah apa-apa! Engkau memanggil dan berseru-seru, dan menghancurkan ketulianku. Engkau memancarkan kilau dan sinar, dan menghalau kebutaanku. Engkau menebarkan harum semerbak dan aku menghirupnya; dan sekarang aku terengah-engah merindukan-Mu. Aku telah mengecap, dan sekarang aku lapar dan haus. Engkau menyentuhku, dan aku terbakar mendambakan damai-Mu.xParadoks antara pandangan manusia dan Tuhan bisa kita tangkap dalam pengalan Doa St. Agustinus. Tuhan yang selalu ada dan dekat dengan umat di kontraskan dengan keberadaan manusia yang selalu tidak mengerti dan menjauh dari jalan Tuhan. Kepekaan manusia yang minim, selalu di timpai oleh ritme Allah yang selalu tetap dan selalu dinamis. Kasih Allah yang penuh dengan repetitif dan variatif selalu disuguhkan untuk mendekat kepada ciptaanNya dan sering tidak dipahami manusia. Pernyataan diri Allah melalui para nabi, lihatlah alam yang begitu indah, kecaplah segala kebaikan Tuhan, pelukan kasihNya, rasakan nikmatNya, dan dengarlah kebenaran-kebenaranNya, maka kita seharusnya semakin hari semakin haus dan lapar mencari kebenaran-kebenaran-Nya demi kembali kepadaNya, berada dalam kekekalan di hadapan di sekitar Tahta Allah.
Komentar
Posting Komentar